Info Bandung Raya

Korban Keracunan MBG di Bandung Barat Terus Bertambah. Ini Kata Gubernur Jabar

Korban Keracunan MBG di Bandung Barat Terus Bertambah. Ini Kata Gubernur Jabar
Ambulan bergantian membawa para korban ke sejumlah rumah sakit salah satunya RSUD Cililin. (Foto: istimewa)

BANDUNG BARAT, BEBASberita.com - Keracunan Makan Bergizi Gratis yang menimpa siswa di Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus berlanjut. Setelah sebelumnya kerancunan menimpa 393 siswa di Kecamatan Cipongkor, terbaru kasus serupa menimpa siswa di Kecamatan Cihampelas dengan jumlah 449.

"Total korban keracunan sebanyak 842 orang. Data terakhir pada pukul 16.24 WIB," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan, KBB, Lia N Sukandar, saat ditemui di posko kesehatan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Rabu (24/9/2025), malam.

Diketahui, para korban berasal dari jenjang pendidikan berbeda, dari PAUD sampai SMA. Petugas medis yang menangani korban keracunan ini sempat kewalahan karena oksigen habis.

"Tapi Alhamdulillah banyak memasok tabung oksigen ke posko-posko," kata Lia.

Diungkapkan Lia, umumnya korban mengalami gejala berat seperti kejang, dehidrasi, hingga penurunan kesadaran--dan saat ini para korban sudah di rujuk ke sejumlah rumah sakit, salah satunya RSUD Cililin dengan menggunakan sejumlah ambulan.

Respon Gubernur Jabar:

Keracunan MBG di Jabar melonjak. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berjanji segera melakukan evaluasi terhadap penyelenggara maupun vendor penyedia makanan. Pekan depan dia akan memanggil pengelola MBG di Jabar untuk meminta penjelasan.

Menurut Dedi, salah satu penyebab keracunan adalah ketidakseimbangan antara jumlah penerima layanan dengan tenaga yang tersedia, ditambah manajemen penyajian makanan yang kurang tepat. Makanan dimasak terlalu awal, disajikan dalam jumlah besar, dan dibagikan dalam jarak waktu yang lama sehingga kualitasnya menurun.

"Misalnya yang dilayani ribuan orang, tetapi yang melayani sedikit. Masaknya jam 1 malam, disajikan jam 12 siang. Jarak waktunya terlalu lama, ini yang harus dievaluasi. Kalau penyelenggara tidak mampu, ya diganti dengan yang lebih mampu," kata Dedi saat ditemui di Balai Pakuan Bogor, Rabu (24/9/2025).

Meski tidak ada korban meninggal akibat kasus keracunan MBG, Dedi menilai kejadian tersebut menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak. Mereka bisa kehilangan kepercayaan untuk mengonsumsi makanan MBG, padahal makanan bergizi tersebut penting untuk tumbuh kembang.

Perlukah moratorium MBG? Menanggapi wacana moratorium program MBG di Jabar, Dedi menilai langkah yang lebih penting adalah mengevaluasi penyelenggara terlebih dahulu. Ia menegaskan akan memastikan penyedia makanan benar-benar mampu dan kualitas makanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Editor : Igoen Josef