Rokan Hilir

Ini Cerita Singkat Cikgu Susie, Guru Pedalaman Rokan Hilir

Ini Cerita Singkat Cikgu Susie, Guru Pedalaman Rokan Hilir
Cikgu Susie saat sedang mengajar anak - anak didiknya. (Foto: istimewa)

ROKAN HILIR, BEBASberita.com - Cerita tentang ketimpangan sosial pada profesi guru sepertinya tak pernah ada habisnya. Meski pemerintah kerap menggembar gemborkan "kesejahteraan guru" namun fakta di lapangan tak seindah yang dibayangkan.

Pemandangan miris tentang kehidupan guru ini berada di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Dia adalah Susi Susanti atau akrab disapa Cikgu Susie, seorang guru yang sudah setahun ini mengabdikan dirinya mengajar di SDN 008 Babussalam Rokan Babussalam, sebuah sekolah yang jauh dari pusat keramaian atau biasa di sebut sekolah filial letaknya berada di wilayah Kecamatan Pujud, Rokan Hilir.

6926006f2ce7b.pngCikgu Susie dengan motor bebek menuju sekolah. (Foto: istimewa)

Saat berbincang bersama BEBASberita.com, Cikgu Susie mengaku sudah puluhan tahun menjalani profesi guru. Di tahun 2024, ia diangkat sebagai guru honor daerah, melalui SK Bupati Rokan Hilir. Namun belum genap dua tahun, kebijakan pemerintahan menghapus keberadaan guru honor daerah membuat dirinya tersingkir. Cikgu Susie pun diberhentikan dan hanya mendapat empat bulan gaji, itupun dengan nilai yang tidak seberapa.

"Tapi meskipun begitu, saya iklas saja. Menjadi guru ini memang sudah menjadi pilihan saya," ujar Cikgu Susie.

Menurut Cikgu Susie, meski status sebagai guru honor daerah telah dicabut, namun nalurinya sebagai guru tetap ia jalankan secara sukarela hingga akhirnya pihak sekolah menawarinya honor sebesar Rp500 ribu yang disisihkan dari anggaran Dana BOS.

692600cb88922.png

Cikgu Susie menuju sekolah menggunakan perahu motor. (Foto: istimewa)

Sekedar untuk diketahui, sekolah jauh SDN 008 Babussalam Rokan berada di pinggir sungai kampung pedalaman bernama Air Hitam Dusun Labuhan Dagang. Sekolah ini dibangun dengan tujuan agar anak-anak suku pedalaman (Sakai) bisa ikut bersekolah karena perkampungan ini sangat jauh.

Di sekolah jauh SDN 008 Babussalam Rokan hanya terdapat satu ruangan yang dihuni siswa dari kelas 1 sampai 6. Sistem belajar para siswa duduk mengikuti arah garis lintang. Mirisnya, bagunan sekolah ini hanya berdindingkan kayu papan dan atap asbes yang sudah pada bolong. Demikian juga dengan meja dan kursi yang sudam kusam dimakan rayap.

692601367484b.pngCikgu Susie bersama rekan guru. (Foto: istimewa)

Untuk menuju ke sekolah jauh SDN 008 Babussalam Rokan, Cikgu Susie biasa menggunakan sepeda motor bebek butut melewati jalan setapak yang dikiri kanannya dipenuh ilalang. Parahnya, jika musim hujan. Dimana perjalanan harus dilajutkan dengan menumpang pompong atau perahu bermotor dan ia pun harus mengeluarkan ongkos tumpangan sebesar Rp10 ribu, pergi pulang.

Sebagai manusia, Cikgu Susie menyadari jika sekolah yang ditawarkan induk SDN 008 Babussalam Rokan berada jauh dari keramaian. Terlebih jika musim hujan dimana dirinya harus melewati sungai yang dikenal sebagai tempat habibat buaya. Singkatnya, Cikgu Susie pun tak menyianyiakan tawaran itu. Ia lantas mengandeng seorang rekannya untuk sama - sama mengajar di sekolah dimaksud. Dikatakan,

Menjadi guru di sekolah tersebut, konon Cikgu Susie hanya dihonor Rp500 ribu yang dibayar dengan cara bertahap dari Dana BOS yang diterima induk SDN 008 Babussalam Rokan. Kendati demikian ia tetap semangat memberikan pengajaran pada anak - anak didiknya.

Di lingkungan rekan - rekannya, Cikgu Susie dikenal seorang yang periang. Ia tak pernah mengeluh meski hasil yang didapat tak sebanding dengan apa yang dikerjakan. Kehadiran Cikgu Susie dan dua rekannya di lingkungan sekolah juga mendapat sambutan baik dari warga setempat. Tidak hanya itu, bahkan katanya, ada kalanya masyarakat disana juga suka memberinya beras.

Selain sebagai guru, Cikgu Susie juga seorang ibu dari dua anaknya yang masih beliau. Sementara sang suami, hanya seorang pekerja serabutan di ladang sawit milik warga. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Cikgu Susie tak hanya mengandalkan dari pendapatannya sebagai guru. Ia tanpa malu, menjajakan dagangan seperti pisang, mangga atau cabe yang dipetik dari pekarangan rumahnya.

69260176f255c.pngTetap semangat untuk sebuah pengabdian. (Foto: istimewa)

Advertisement

"Mudah - mudahan saja, pemerintah bisa lebih memperhatikan nasib guru seperti saya. Dan saya percaya, di luar sana masih banyak guru yang senasib dengan saya," imbuhnya.

Pembaca yang budiman, Cikgu Susie boleh jadi bukanlah satu - satunya guru di negeri ini yang bernasib maris. Dimomen Hari Guru Nasional tahun 2025 ini, hendaknya pemerintah juga dapat melakukan evaluasi mendalam. Setidaknya, penghargaan yang diberikan tidak sebatas slogan yang diucapkan lalu di lupakan. Selamat Hari Guru Nasional 2025 teruslah mengabdi untuk negeri tercinta.

Editor : Igoen Josef